KONSEP ASUHAN
NEONATUS, BAYI, DAN ANAK BALITA
RAWAT GABUNG
A. PENGERTIAN
Rawat gabung adalah suatu system perawatan ibu dan anak bersama-sama pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu, setiap saat ibu dapat menyusui anaknya.
Rawat gabung adalah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh seharinya, hal ini merupakan waktu yang baik bagi ibu dan bayi saling berhubungan dan dapat memberikan kesempatan bagi keduanya untuk pemberian ASI.
Ada dua jenis rawat gabung :
a. RG continue : bayi tetap berada disamping ibu selama 24 jam.
b. RG parsial : ibu dan bayi bersama - sama hanya dalam beberapa jam seharinya. Misalnya pagi bersama ibu sementara malam hari dirawat di kamar bayi.
B. TUJUAN RAWAT GABUNG
a. Memberikan bantuan emosional
1) Ibu dapat memberikan kasi sayang sepenuhnya kepada bayi.
2) Memberikan kesempatan kepada ibu dan keluarga untuk mendapatkan pengalaman dalam merawat bayi .
b. Penggunaan ASI
1) Agar bayi dapat sesegera mungkin mendapatkan kolostrum/ASI.
2) Produksi ASI akan makin cepat dan banyak jika diberikan sesering mungkin.
c. Pencegahan infeksi
1) Mencegah terjadinya infeksi silang.
d. Pendidikan kesehatan
1) Dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan pada ibu.
e. Memberikan stimulasi mental dini tumbuh kembang pada bayi
C. MANFAAT RAWAT GABUNG
a. Bagi ibu
1) Aspek psikologi
ξ Antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses lekat (early infant-mother bonding) dan lebih akrab akibat sentuhan badan antara ibu dan bayi.
ξ Dapat memberikan kesempatan pada ibu untuk belajar merawat bayinya.
ξ Memberikan rasa percaya kepada ibu untuk merawat bayinya. Ibu dapat memberikan ASI kapan saja bayi membutuhkan, sehingga akan memberikan rasa kepuasan pada ibu bahwa ia dapat berfungsi dengan baik sebagaimana seorang ibu memenuhi kebituhan nutrisi bagi bayinya. Ibu juga akan merasa sangat dibutuhkan oleh bayinya dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Hal ini akan memperlancar produksi ASI.
2) Aspek fisik
ξ Involusi uteri akan terjadi dengan baik karena dengan menyusui akan terjadi kontraksi rahim yang baik.
ξ Ibu dapat merawat sendiri bayinya sehingga dapat mempercepat mobilisasi.
b. Bagi bayi
1) Aspek psikologi
ξ Sentuhan badan antara ibu dan bayi akan berpengaruh terhadap perkembangan psikologi bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.
ξ Bayi akan mendapatkan rasa aman dan terlindung, dan ini merupakan dasar bagi terbentuknya rasa percaya pada diri anak
2) Aspek fisik
ξ Bayi segera mendapatkan colostrum atau ASI jolong yang dapat memberikan kekebalan/antibodi.
ξ Bayi segera mendapatkan makanan sesuai pertumbuhannya.
ξ Kemungkinan terjadi infeksi nosokomial kecil.
ξ Bahaya aspirasi akibat susu botol dapat berkurang.
ξ Penyakit sariawan pada bayi dapat dihindari/dikurangi.
ξ Alergi terhadap susu buatan berkurang.
c. Bagi keluarga
1) Aspek psikologi
Rawat gabung memberikan peluang bagi keluarga untuk memberikan support pada ibu untuk memberikan ASI pada bayi.
2) Aspek ekonomi
Lama perawatan lebih pendek karena ibu cepat pulih kembali dan bayi tidak menjadi sakit sehingga biaya perawatan sedikit.
d. Bagi petugas
1) Aspek psikologi
Bayi jarang menangis sehingga petugas di ruang perawatan tenang dan dapat melakukan pekerjaan lainnya.
2) Aspek fisik
Pekerjaan petugas akan berkurang karena sebagian besar tugasnya diambil oleh ibu dan tidak perlu repot menyediakan dan memberikan susu buatan.
D. PELAKSANAAN
a. Di poliklinik kebidanan
ξ Penyuluhan tentang ASI.
ξ Memutar film.
ξ Melayani konsultasi masalah ibu dan anak.
b. Kamar persiapan
ξ Jika rumah sakit telah berfungsi sebagai RS sayang ibu, maka hampir semua ibu yang masuk kamar bersalin sudah mendapat penyuluhan manajemen laktasi sejak mereka berada di poliklinik.
ξ Kamar ini dipersiapkan bagi ibu yang tidak pernah melakukan ANC di RS dimana ia akan bersalin. Di dalam ruangan persiapan diperlukan gambar, poster, brosur dsb untuk membantu memberikan konseling ASI. Di ruangan ini tidak boleh terdapat botol susu, dot atau kempengan apalagi iklan susu formula yang semuanya akan mengganggu keberhasilan ibu menyusui.
c. Kamar Persalinan
ξ Di ruangan ini dapat dipasang gambar, poster tentang menyusui yang baik dan benar. Serta menyusui segera setelah lahir.
ξ Dalam waktu 30 menit setelah lahir bayi segera disusukan. Rangsangan pada puting susu akan merangsang hormon prolaktin dan oksitosin untuk segera memproduksi ASI.
d. Kamar perawatan
ξ Bayi diletakkan dekat dengan ibunya.
ξ Awasi KU dan kenali keadaan-keadaan yang tidak normal.
ξ Ibu dibantu untuk dapat menyusui dengan baik dan cara merawat payudara.
ξ Mencatat keadaan bayi sehari-hari.
ξ KIE tentang perawatan tali pusat, perawatan bayi, perawatan payudara, cara memandikan bayi, immunisasi dan penanggulangan diare.
ξ Jika bayi sakit pindahkan ke ruang khusus.
E. SASARAN DAN SYARAT
a. Bayi lahir dengan spontan , baik presentasi kepala atau bokong.
b. Jika bayi lahir dengan tindakan maka rawat gabung dapat dilakukan setelah bayi cukup sehat, reflek hisap baik, tidak ada tanda-tanda infeksi dsb.
c. Bayi yang lahir dengan Sectio Cesarea dengan anestesi umum, RG dilakukan segera stelah ibu dan bayi sadar penuh (bayi tidak ngantuk)misalnya 4-6 jam setelah operasi.
d. Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (nilai apgar minimal 7).
e. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
f. Berat lahir 2000-2500 gram atau lebih.
g. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum.
h. Bayi dan ibu sehat.
F. KONTRA INDIKASI
Rawat gabung tidak dianjurkan pada keadaan :
a. Ibu
ξ Penyakit jantung derajat III.
ξ Pasca eklamsi.
ξ Penyakit infeksi akut, TBC.
ξ Hepatitis, terinfeksi HIV, sitimegalovirus, herpes simplek.
ξ Karsinoma payudara.
b. Bayi
ξ Bayi kejang.
ξ Sakit berat pada jantung.
ξ Bayi yang memerlukan pengawasan intensif.
ξ Catat bawaan sehingga tidak mampu menyusu.
G. PERSYRARATAN RAWAT GABUNG YANG IDEAL
a. Bayi
ξ Ranjang bayi tersendiri yang mudah terjangkau dan dilihat oleh ibu.
ξ Bagi yang memerlukan tersedia rak bayi.
ξ Ukuran tempat tidur anak 40 x 60 cm.
b. Ibu
ξ Ukuran tempat tidur 90 x 200 cm.
ξ Tinggi 90 cm.
c. Ruang
ξ Ukuran ruang untuk satu tempat tidur 1,5 x 3 m.
ξ Ruang dekat dengan ruang petugas (bagi yang masih memerlukan perawatan).
d. Sarana
ξ Lemari pakaian.
ξ Tempat mandi bayi dan perlengkapannya.
ξ Tempat cuci tangan ibu.
ξ Setiap kamar mempunyai kamar mandi ibu sendiri.
ξ Ada sarana penghubung.
ξ Petunjuk/sarana perawatan payudara, bayi dan nifas, pemberian makanan pada bayi dengan bahasa yang sederhana.
ξ Perlengkapan perawatan bayi.
e. Petugas
ξ Rasio petugas dengan pasien 1 : 6.
ξ Mempunyai kemampuan dan ketrampilan dalam pelaksanaan RG.
H. MODEL PENGATURAN RUANGAN RAWAT GABUNG
a. satu kamar dengan satu ibu dan anaknya.
b. empat sampai lima orang ibu dalam 1 kamar dengan bayi pada kamar yang lain bersebelahan dan bayi dapat diambil tanpa ibu harus meninggalkan tempat tidurnya.
c. beberapa ibu dalam 1 kamar dan bayi dipisahkan dalam 1 ruangan kaca yang kedap udara.
d. model dimana ibu dan bayi tidur di atas tempat tidur yang sama.
e. bayi di tempat tidur yang letaknya disamping ibu.
I. KEUNTUNGAN & KERUGIAN
a. Keuntungan
ξ Menggalakkan penggunaan ASI.
ξ Kontak emosi ibu dan bayi lebih dini dan lebih erat.
ξ Ibu segera dapat melaporkan keadaan-keadaanbayi yang aneh.
ξ Ibu dapat belajar merawat bayi.
ξ Mengurangi ketergantungan ibu pada bidan.
ξ Membangkitkan kepercayaan diri yang lebih besar dalam merawat bayi.
ξ Berkurangnya infeksi silang.
ξ Mengurangi beban perawatan terutama dalam pengawasan.
b. Kerugian
ξ Ibu kurang istirahat.
ξ Dapat terjadi kesalahan dalam pemberian makanan karena oengaruh orang lain.
ξ Bayi bisa mendapatkan infeksi dari pengunjung.
ξ Pada pelaksanaan ada hambatan tekhnis/fasilitas.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.lusa.web.id/rawat-gabung/
prawirohardjo, sarwono, 2002, buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, Jakarta, yayasan bina pustaka
Senin, 09 Januari 2012
. KONSEP ASUHAN NEONATUS,
BAYI DAN ANAK BALITA
A. Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Di
Luar Uterus
Penelitian menunjukan bahwa, 50% kematian bayi dalam periode Neonatal
yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi
baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang mengkibatkan
cacat seumur hidup, bahkan kemtian. Misalnya karena hipotermi akan
menyebabkan hipoglikemia dan akhirnya akan dapat terjadi kerusakan otak.
Pencegahan merupakan hal yang terbaik yang harus menyesuaikan diri dari
kehidupan intrauterine dapat bertahan baik karena periode neonatal merupakan
periode yang paling kritis dalam fase pertumbuhan dan perkembangan bayi. Proses
adaptasi fisiologis yang dilakukan bayi baru lahir perlu diketahui dengan baik
oleh tenaga kesehatan khususnya bidan, yang selalu memberikan pelayanan
kesehatan bagi ibu, bayi dan anak.
Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian fungsional
neonatus dari kehidupan di dalam uterus. Kemampuan adaptasi fungsional neonatus
dari kehidupan di dalam uterus kekehidupan di luar uterus.Kemampuan adaptasi
fisiologis ini di sebut juga homeostasis.Bila terdapat gangguan adaptasi, maka
bayi akan sakit.
Tabel Mekanisme Hemostatis/Adaptasi Bayi Baru
Lahir
Sistem
|
Intrauterin
|
Ekstrauterin
|
Repirasi /
sirkulasi
|
||
Pernafasanvolunter
|
Belumberfungsi
|
Berfungsi
|
Alveoli
|
Kolaps
|
Berkembang
|
Vaskularisasi paru
|
Belum aktif
|
Aktif
|
Resistensi paru
|
Tinggi
|
Rendah
|
Intake oksigen
|
Dari plasenta ibu
|
Dari paru bayi sendiri
|
Pengeluaran CO2
|
Di plasenta
|
Di paru
|
Sirkulasi paru
|
Tidak berkembang
|
Berkembang banyak
|
Sirkulasi sistematik
|
Resistensi prifer
|
Resistensi prifer
|
Denyut jantung
|
Rendah
Lebih cepat
|
Tinggi
Lebih lambat
|
Saluran Cerna
|
||
Absorbsi nutrien
|
Belum aktif
|
Aktif
|
Kolonisasi kuman
|
Belum
|
Segera
|
Feses
|
Mekoneum
|
<hari ke-4, fases biasa
|
Enzim pencernaan
|
Belum aktif
|
Aktif
|
Homeostasis adalah kemampuan mempertahankan
fungsi-fungsi vital, bersifat dinamis, di pengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan
perkembangan, termasuk masa pertumbuhan dan perkembangan intrauterin. Masa
neonatus lebih tepat jika di pandang sebagai masa adaptasi dari kehidupan
ekstrauterin dari berbagai sistem. Pada bayi kurang bulan, terdapat berbagai
ganguan mekanisme adaptasi. Adaptasi segera setelah lahir meliputi adaptasi
fungsi-fungsi vital (sirkulasi, respirasi, susunan saraf pusat, pencernaan dan
metabolisme). Homeostasis neonatus ditentukan oleh keseimbangan antar maturitas
dan status gizi.
1. Sistem
Pernafasan
Perkembangan sistem pulnomer terjadi sejak masa
embrio, tepatnya pada umur kehamilan24 hari. Pada umur kehamilan umur 4 hari
ini bakal paru-paru terbentuk. Pada umur kehamilan ke 26-28 hari kedua bronchi
membesar. Pada umur kehamilan 6 minggu terbentuk segmen bronchus. Pada umur
kehgami8lan 12 minggu terjadi defresiensi lobus. Pada umur kehamilan 24 minggu
terbentuk alveolus. Pada umur kehamilan 28 minggu terbentuk surfaktan. Pada
umur kehamilan 34-36 minggu struktur paru-paru matang, artinya paru-paru sudah
bisa mengembangkan sistem alveoli. Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen
dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus
melalui paru-paru bayi.
Rangsangan gerakan prtama terjadi krena tekana
mekanik dari toraks sewaktu melalui jalan lahir (Stimulasi mekanik), penurunan
Pa O2 dan kenaikan Pa CO2 merangsang komoreseptor yang
terletak disinus karotikus (stimilasi kimiawi), rangsangan dingin di daerah
muka dan perubahan suhu di dalam uterus (Stimulasi sensorik) dan refleks deflasi hering breur.
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam
waktu 30 menit pertama sesudah lahir. Respirasi neonatus besarnya pernafasan
diafragmatik dan abdominal.
2. Suhu Tubuh
Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas
tubuh dari bayi baru lahir kelingkunganya.
a. Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ketubuh benda di
sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi. (Pemindahan panas dari tubuh
bayi ke objek lain melalui kontak langsung). Contoh hilangnya pans tubuh bayi
secara konduksi, ialah menimbang bayi tanpa alas timbangan, tangan dpenolong
yang dingin memegang bayi baru lahir, menggunakan stetoskop dingin untuk
pemeriksaan bayi baru lahir.
b. Konveksi
Panas hilang dari bayi ke udara sekitanya yang sedang
bergerak (jumlah pans yang hilang tergantung pad kecepatan dan suhu udara).
Contoh hilanya panas tubuh bayi secara konveksi, ialah membiarkan atau
menempatkan bayi baru lahir dekat jendela, membiarkan bayi baru lahir diruangan
yang terpasng kipas angin.
c. Radiasi
Panas di pancarkan dari bayi baru lahir, keluar
tubuhnya kelingkungan yang lebih dingin (Pemindahan panas anatar dua objek yang
mempunyai suhu berbeda). Contoh bayi mengalami kehilangan panas tubuh secara
radiasi, ialah bayi baru lahir di biarkan dalam ruangan dengan Air onditioner (AC) tanpa di berikan
pemanas(Radiant Warmer), bayi baru
lahir dibiarkan keadaan telanjang, bayi baru lahir di tidurkan berdekatan
dengan ruangan yang dingin, misalnya dekat tembok.
d. Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung
kepada kecepatan dan kelembababan udara (perpindahan panas dengan cara merubah
cairan menjadu uap). Evaporasi di pengaruhi oleh jumlah panas yang di pakai
tingkat kelembaban udara, aliran udar yang melewati apabila bayi baru lahir di
biarkan suhu kamar 250C, maka bayi akan kehilangan panas melalui
konveksi, radiasi dan evaporasi 200 perkilogram berat badan (Perg BB),
sedangkan yang di bentuk hanya satu persepuluhnya.
Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir,
antar lain mengeringkan bayi secara seksama, menyelimuti bayi dengan selimut
atau kain bersih, kering dan hangat, menutup bagian kepala bayi, menganjurkan
ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya.
3. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas
dari tubuh orang dewasa sehingga metabolisme basal per kg BB akan lebih besar.
Bayi baru lahir harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energi
diperoleh dari metabolisme karbojidrat dan lemak.
Pada jam-jam pertama energi di dapatkan dari
perubahan kerbohidrat. Pada hari kedua, energi berasal dari pembakaran lemak.
Setelah mendapat susu kuranglebih pada hari keenam, pemenuhan kebutuhan energi
bayi 60% di dapatkan dari lemak dan 40% dari karbohidrat.
4. Peredaran
Darah
Fetus janin menerima oksiogen dan makanan dari
plasenta, maka seluruh darah ftus harus melalui plasenta. Semua darah
tercampur, antara darah yang di reoksigenisasi dan plasenta dan darah yang
telah dideoksigenisasi ketika meninggalkan fetus untuk masuk kedalam plasenta.
Fungsi paru-paru di jalnkan oleh plasenta. Fetus tidak mempunyai sirkulasi
pulmoner seperti sirkulasi pada orang dewasa. Pemberian darah secara terbatas
mencapai paru-paru, hanya cukup untuk makan dan poertumbuhan paru-paru itu
sendiri.
Fetus in utero mempunyai sirkulasi yang jelas
berlainan dari kehidupan setelah lahir. Darah yang sudah di reogsigenasasikan
meninggalkan plasenta melalui satu-satunyavena umblika. Vena umblika berjalan
di dalam tali pusat keumblikus dan dri sana ada vena kecil yang berjalan
keporta hepatis. Hampir tidak ada darah masuk kedalam hati sebab vena umblika
berlangsung bersambung dengan vena kava inferior melalui sebuah pembuluh besar,
yang disebut duktus venosus. Setelah berada di dalam vena kava inverior, darah
berjalan keatas dan mencapai atrium kanan. Sebagin besar darah bukan masuk
kedalam ventrikel kanan (sebagaiman sirkulai pada orang dewasa), bukan masuk
atrium kiri, tetapi melalui lubang vetal yang hanya untuk sementara ada di
dalam septum interatrial, yang di sebut foramen ovale.
Setelah mencapai atrium kiri, darah masuk melalui
ketup mitral kedalam ventrikal kiri. Kontraksi vetrikal kiri mendorong darah
masuk kedalam aorta asendens. Dari sini sebagian besar darah didistribusikan ke
jantung, otak dan anggot atas.
Paru-paru dalam masa fitus tidak aktif dan hanya
mendapa sedikit darah. Sebagian besar darah dalam arteri pulmonaris disalurkan
langsung kedalam aorta melalui sebuah arteri besar berotot yang di sebut duktus
arterious yang bergabung dengan aorta dekat akhir lengkungan aorta (aorta
terosika desendens). Dengtan demikian sebagian besar darah yang telah
dideoksigenisasi yang melalui duktus arterious dan sebagian kecil darh yang
berisi oksigen, mencapainya melalui lengkungan aorta.
Setelah bayi lahir, paru akan berkembang mengakibtkan
tekanan arteriol dalam paru menurun. Tekanan dalam jantung kanan turun,
sehingga tekanan jantung kiri lebih besar daripada jantung kanan yang
mengakibatkan menutupnya feromen ovale secara fungsional. Hal ini terjadi pada
jam-jam pertama setelah kelahiran oleh karena tekanan dalam paru turun dan
tekana dalam aorta desendens naik serta edi sebabkan olehg rangsangan biokimia
(PaO2 yang naik) dan duktus arterius berobilitrasi.
Aliran darah paru pada hgari pertama ialah 4-5 liter
permenit/m2 (gessner, 1965). Aliran darah sistolik pada hari pertama
rendah, yaitu 1,96 liter permenit/m2 dan bertambah pertama pada hari
kedua dan ketiga (3,54 liter/m2) karena penutupan duktus arteriosus.
Tekanan darah pada waktu lahir di pengaruhi oleh jumlah darah yang melalui
transfusi plasenta dan pada jam-jam pertama sedikit6 menurun, untuk kemudian
naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 85/40 mmHg.
5. Keseimbangan
Air Dan Fungsi Ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air
dan kadar natrium relatif lebih besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler
luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron masih belum
sebanyakorang dewasa, ketisdak seimbangan luas permukaan glamerulus dan volume
tubulus proksimal, serta renal blood flow relatif kurang bila di bansingkan
dengan orang dewasa.
6. Imonoglobulin
Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sum-sum
tulang, lamina propia ilium serta apendiks. Palsenta merupakan sawar sehingga
fetus bebas dari antigen dan strees imunologis. Pada bayi baru lahir hanya
terdapat gama globulin G, sehingga imunologi dari ibu dapat melalui plasenta
karena berat molekulnya kecil. Tetapi bila ada infeksi yang dapat melalui
plasenta (lues, toksoplasma, herpes simpleks dan lain-lain), reaksi imunologis
dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma dan anti body gamma A, Gdan M.
7. Traktus
Digestivus
Traktus digestivus relatif lebih
berat dn lebih panjang di bandingkan orang dewasa. Pada masa neonatus, traktus
digestivus manegandung zat-zat yang berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari
mukopolosakarida dan di sebut mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10
jam pertama dan dalam 4 hari biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa.
Enzim dalam traktus digestivus biasanya sudah terdapat pada neonatus kecuali
amilase pankreas.
8. Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukan perubahan
kimia dan morfologis, yaitu kenaikan kadar protein serta penurunan lemak dan
glikogen. Sel sel hemopoetik juga mulai berkurang, walaupun memakan waktu agak
lama. Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir, daya
ditoksifikasi hati pada neonatus juga belum sempurna, contohnya pemberian obat
kloramfenikol dengan dosis lebih dari 50 mgt/kg BB / hari dapat menimbulkan grey baby syndrome.
9. Keseimbangan
Asam Basa
Derajat kesamaan (pH) darah pada waktu lahir rendah, karena glikolisis
anaerobik. Dalam 24 jam neunatus telah mengkompensi asidosis.
B. Pencegahan Infeksi
Menurut laporan kelompok kerja WHO pada bulan april
1994, dari 8,1 juta kematian bayi di dunia, 48% diantaranya adalah kematian
neonatal. Sekitar 60% diantarnya merupakan kematian bayi berumur kurang dari 7
hari serta kematian bayi berumur lebih dari 7 hari akibat gangguan prinatal.
Sekitar 42% kematian neonatal di sebabkan oleh infeksi seperti tetanus
neonatrum, sepsis, meningitis, pneumonia dan diare. Pada kematian neonatal di
sebabkan oleh karena infeksi, dua pertigananya dengan proses persalinan.
Pencegahan infeksi merupakan penata laksanaan awal
ayang harus dilakukan pada bayi baru lahior karen bayi barhu lahir sangat rentang
terhadap infeksi. Pada saat penanganan bayi baru lahir, pastikan penolong untuk
melakukan tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir, adalah sebagai
berikut :
1. Mencuci
tangan secara seksama sebeluym danm setelah melakukan kontak dengana bayi.
2. Memakai
sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum di mandikan
3. Memastikan
semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat telad
disinfeksikan tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola karet penghisap,
pakai yang bersih dan baru. Jangan pernah menggunakan bola karet penghisap
untuk lebih dari satu bayi.
4. Memastikan bahwa
semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi, telah
dalam keadaan bersih
5. Memastikan
bahwa timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop dan benda-benda lainya
yang akan bersentuhan dengan bayia dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci
setiap kali setelah digunakan)
6. Menganjurkan
ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudaranya dengan mandi setiap
hari(puting susu tidak boleh disabun)
7. Membersihkan
muka, pantat dan tali pusat bayi baru lahir dengan air bersih, hangat dan sabun
setiap hari
8. Menjaga
bayai dari orang-orang yang menderita infeksi dan memastikan orang yang
memegang bayi sudah cuci tangan sebelumnya.
Upaya ini yang dapat dilakukan untuk menjegah
terjadinya infeksi pada bayi baru lahir adalah
1. Pencegahan
infeksi pada tali pusat
Upaya ini di lakukan dengan cara merawat tali pusat
yang berarti menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak terkena air
kencing, kotoran bayi atau tanah. Pemakaian popok bayi diletakan disebelah
bawah talib pusat. Apabila tali pusat kotor, cuci luka tali pusat dengan air
bersih yang mengalair dengan sabun, segera di keringkan dengan kain kasa kasa
kering dan di bungkus dengan kasa tipis yang steril dan kering. Dilarang
membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur dan sebagainya pada luka talu pusat,
sebab akan menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat berakhir dengan kematian
neonatal. Tanda-tanda infeksi tali pusat yang harus di waspadai antara lain
kulit seklitar tali pusat berwarna kemerahan, ada pus / nanah dan berbau busuk.
Mengawasi dan segera melaporkan kdokter jika pada tali pusat di temukan
perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau bau busuk.
2. Pencegahan
infeksi pada kulit
Beberapa cara yang di ketahui yang dapat mencegah
terjadinya infeksi pada kulit bayi baru lahir atau penyakit infeksi lain adalah
meletakan bayi di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi,
sehingga menyebabkan terjadi kolonisai mikroorganisme yang ada di kulit dan
saluran pencernaan bayi dengan mikroorganissme ibu yang cendrung bersifat
nonpatogen, serta adanya zat antibodi bayi yang sudah terbentuk dan terkandung
dalam air susu ibu.
3. Pencegahan
infeksi pada mata bayi baru lahir
Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adlah
merawat mata bayi baru lahir dengan mencuci tangan terlabih dahulu,
membersihkan kedua mata sgera setelah lahir dengan kapas atau sapu tangan halus
dan bersih yang telah di bersihkan dengan air hangat. Dalam waktu 1 jam setelah
bayi lahir, berikan salep obat tetes mata untuk mencegah oftalmia neonatrum
(tetrasklin 1%, Eritrosmin 0,5% atau Nitras Argensi 1%), biarkan obat tetap
pada mata bayi dan obat yang ada di sekitar mata jangan di bersihkan. Setelah
selesai merawat mata bayi, cuci tangan kembali. Keterlambatan memberikan salep
mata, misalnya bayi baru lahir diberi saleb mata setelah 1 jam setelah lahir,
merupakan sebab tersaring kegagalan upaya pencegahan infeksi pada mata bayi
baru lahir.
4. Imunisasi
Pada daerah resiko tinggi infeksi tuberkulosis,
imunisasi BCG harus di berikan pada bayi segera setelah lahir. Pembewrian
dosisi pertama tetesan polio di anjurkan pada bayi segera setelah lahir atau
pada umur 2 minggu. Maksud pemberian imunisasi polio secara dini adalah untuk
meningkatkan perlindungan awal. Imunisai Hepatitis B sudah merupakan program
nasional, meskipun pelaksanaanya di lakukan secara bertahap. Pada daerah
resiko tinggi, pembewrian imunisai Hepatitis B di anjurkan pada bayi segera
setelah lahir.
C. Rawat Gabung
Adalah satu car perawatan ibu dan bayi yang baru dilahirkan
tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruang, kamar atau tempat
bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya. Dengan kata lain, rawat
gabung adalah sistem perawatan ibu dan bayi bersama-sama atau pada tempat yang
berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu atau setiap saat ibu tersebut
dapat menyusui bayinya. Menurut sifatnya, rawat gabung di bedakan menjadi dua,
yakni :
1. Rawat gabung kontinu, yaitu bayi
berada di samping ibu terus menerus
2. Rawat gabung intermiten, yaitu bayi
hanya sewaktu-waktu saj bersam ibu, misalnya pada saat bayi akan menetek saja.
Tujuan rawat gabung secara umum adalah membina
hubungan emosuonala antara ibu dan bayi, meningkatkan penggunaan air susu ibu
(ASI), pencegahan infeksi dan pendidikan kesehatan bagi ibu. Dengan rawat
gabung ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin, kapan saja, dimana saja bayi
membutuhkanya. Ibu dapat melihat dan memahami cara perawataan bayi secara benar
yang dilakukan oleh petugas, ibu mempunyai pengalaman dalam merawat bayinya
sendiri selagi ibu masih dirumah sakit, dapat melibatkan suami secara aktif
untuk membantu ibu dalam menyusui bayinya secara baik dan benar, ibu mendapat
kehangatan emosional/batin karena selalu kontak dengan bayinya.
Syarat bayi baru lahir bisa dilakukan rawat gabung,
antara lain bayi lahir spontan baik persentasi kepala maupun bokong. Apabila
bayi lahir dengan tindakan, maka rawat gabung dilakukan setelah bayi cukup
sehat, refleks mengisap baik, tidak ada tanda-tanda infeksi dan lain-lain. Apabila
bayi lahir secara seksio sesaria dengan pembiusan umum, rawat gabung dilakukan
setelah ibu sadar dan bayi tidak mengantuk, 4-6 jam setelah oprasi selesai.
Syarat), umur kehamilan lebih dari atau sama dengan 2500 gram, tidak terdapat
tanda infeksi intrapartum, bayi dan ibu dalam keadaan sehat.
Rawat gabung tidak di9perbolehkan pada bayi yang
sangat prematur, bayi dengan berat lahir kurang dari 200 gram, bayi dengan
se4psis, bayi dengan ganguan nafas, bayi denga cacat bawaan berat atau ibu
dengan infeksi berat (antara lain Tuberkulosisi, Sepsis). Bayi baru lahir tidak
boleh dilakukan rawat gabung, apabila keadaan ibu atau keadaan bayi tidak
memungkinkan. Kontra indikasi rawat gabung dari keadaan ibu, antara lain status
kardiorrespirasi tidak normal (ibu dengan decompensatio cordis tingkat III di
anjurkan untuk menyusui), pascaeklampsi kesadaran belum baik, infeksi akut
(tuberklosis aktif), hepatitis, HIV / AIDS, citomegalovirus (CMV), herpes,
kanker payudara dan psikosis. Kontra indikasi rawat gabung dari keadaan bayi,
antara lain bayi kejang/kesadaran menurun, penyakit jantung / pengawasan
intensif serta bayi dengan cacat bawaan tidak mampu menetek.
Pelaksanaan rawat gabung, bisa dilakukan di
poliklinik kebidanan, di ruang bersalin, di ruang perawatan serta di poliklinil
anak. Kegiatan rawat gabung di ruang bersalin bisa dilakukan apabila memenuhi
beberapa kriteria berikut ini : nilai APGAR lebih dari 7, berat badan lahir
2500-4000 gram, usia kehamilan 37 sampai denga 42 minggu, bayi lahir spontan,
tidak ada infeksi intrapartum, ibu sehat, tidak ada komplikasi persalinan pada
ibu dan bayi, tidak ada kelainan bawaan berat. Kegiatan rawat gabung di ruang
bersalin, antara lain dalam setengah jam setelah lahir bayi segera di susukan,
ibu di berikan penyuluhan tentang ASI dan rawat gabung, persiapan ibu dan bayi
keruang perawatan .
Kegiatana rawat gabung keruang perawatan, yakni
meletakan bayi dalam books bayi disamping tempat tidur ibu, mengawasi keadaan
umum bayi, catat dalam status. Bayi boleh menetek setiap kali, tidak boleh
diberi susu botol, jika ada indikasi medis pemberian susu formula, berikan
dengan pipet, sendok, cangkir atau naso gastrik tube (NGT), memantau ibu
menetek bayi, penyuluhan sebelum ibu dan bayi pulang. Kegiatan rawat gabung di
poliklinik anak, yakni menimbang berat badan, memeriksa payudara dan proses
laktasi, mengkaji makanan bayi, memeriksa keadaan ASI, penyuluhan makanan dan
perawatan bayi, memberikam jadwal makanan bayi, pemerikasaan bayi oleh dokter
sert amemberikan imunisasi sesuai jadwal.
Model pengaturan ruangan untuk mendukung kegiatan
rawat gabung, antara lain satu kamar untuk satu ibu dan satu bayi, satu kamar
untuk empat sampai lima ibu dan kamar disebelah untuk bayi. Bayi bisa di tarik
oleh ibu tanpa ibu keluar kamar, beberapa ibu dalam satu kamar, bayi dikamar
lain yang disekat dengan kaca, ibu dan bayi pada satu tempat tidur, boks bayi
disamping tempat tidur ibu.
Rawat gabung memberikan banyak menfaat bagi ibu dan
bayi yaitu: Manfaat rawat gabung dari aspek fisik antara lain mengurangi
kemungkiinan infeksi silang dari pasien lain atau petugas, dengan menyusui dini
kolostrum dapat memberikan kekebala, ibu dapat dengan mudah mengetahui
perubahan-perubahan yang terjadi pada bayinya karena setiap saat dapat melihat
bayinya. Manfaat dari aspek fisiologis antara lain bayi banyak mendapatkan
nutrisi secara fisiologis dan mebantu proses involusi uterus. Manfaat dari
aspek psikologis adalah terjalin lekat akaibat sentuhan badaniah antara ibu dan
bayinya, bayi merasa aman dan terlindungi. Manfaat dari aspek edukatif antara
lain ibu mempunyai pendidikan dan pengalaman yang berguna sehingga mempu
menyusui serta merawat bayinya. Manfaat dari aspek ekonomi antara lain adanya
penghematan anggaran dan pengeluaran untuk pembelian susu buatan. Manfaat dari
aspek medis antara lain menurunkan terjadinya infeksi nosokomialn menurunkan
angka mortalitas dan morbiditas.
Keuntungan dari kegiatan rawat gabung, antara lain
menggalakan pemakaian ASI, hubungan emosional ibu dan bayi lebih dini dan
dekat, ibu dapat segera melaporkan keadaan bayi aneh pada bayi, mengurangai
ketergantungan ibu pada petugas dan meningkatkan percaya diri, ibu bisa belajar
merawat bayi, ibu dapat bertukar pengalaman dengan ibu lain, resiko infeksi
silang dan nosokomial berkurang, sehingga petugas bisa melakukan tugas lain.
Kerugian dari kegiatan rawat gabung, antara lain
kemungkinan ibu kurang istirahat, bisa salah memberikan makanan kepada karena
pengaruh orang lain, pada ibu yang kurang menjaga kebersihan diri, bayi dan ibu
akan mudah sakit, bayi dapat terkena infeksi dari perngunjung , serta kadang
ada hambatan tehnis dan fasilitas pelaksanaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar