“ IKTERUS NEONATORUM “
A. PENGERTIAN
Billirubin dalam darah mengalami proses
dan berubah menjadi billirubin direct. Billirubin direct kemudian
diekskresikan ke usus dan sebagian dikeluarkan dalam bentuk billirubin
direct dan sebagian lagi dalam bentuk sterkobilin, bila terjadi
hambatan/gangguan dalam usus maka oleh pengaruh enzim B glukorodinasi
billirubin sebagian dirubah menjadi billirubin indirect yang kemudian diserap
ke sirkulasi darah.
Billirubin ini kemudian diangkut ke
hepar untuk di proses lagi, pada janin sebagian billirubin ini diekskresikan ke
plasenta. Pada BBL ekskresi melalui plasenta terputus sehingga masuk lagi ke
hepar. Karena itu bila fungsi hepar belum sempurna/ terdapat gangguan, misal :
hypoxia, kekurangan glukosa maka kadar billirubin indirect dalam darah
meningkat yang dapat menimbulkan icterus.
B.
TANDA DAN GEJALA
-
Timbul pada hari ke-2 dan ke-3
-
Kadar billirubin direct tidak melebihi 10 mg % pada neonatus cukup bulan dan
12,5 mg % pada neonatus kurang bulan.
-
Kecepatan peningkatan kadar billirubin tidak melebihi 5 mg % /hari.
-
Kadar billirubin direct tidak melebihi 1 mg %.
-
Icterus menghilang pada 10 hari pertama.
-
Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis.
C. PENYEBAB
-
Penambahan volume sel darah
-
Umur sel darah merah janin yang pendek
-
Billirubin meningkat karena sel yang rusak
-
Meningkatnya reabsorpsi billirubin dari usus
-
Pemberian minum terlambat
D. DIAGNOSA
Semua penyebab ikterus harus disingkirkan. Melalui anamnesis dapat diketahui apakah anak sebelumnya juga mengalami ikterus. Sekitar 70% anak sebelumnya juga mengalami BMJ. Beratnya ikterus tergantung pada kematangan hati untuk mengkonjugasi kelebihan bilirubin indirek. Untuk kepastian diagnosis bila kadar bilirubin telah mencapai di atas 16 mg/dL selama lebih dari 24 jam adalah dengan memeriksa kadar bilirubin 2 jam setelah menyusu dan kemudian menghentikan pemberian ASI selama 2 jam (tentu bayi mendapat cairan dan kalori dari makanan pengganti ASI dan ASI tetap diperah agar produksi tidak berkurang). Setelah 12 jam kadar bilirubin diperiksa ulang, bila penurunan lebih dari 2 mg/dL maka diagnose dapat dipastikan dan bila kadar bilirubin kurang dari 15 mg/dL maka ASI dapat diberikan lagi.
Kadar bilirubin diperiksa ulang untuk melihat apakah ada peningkatan kembali. Pada sebagian besar kasus penghentian ASI untuk beberapa lama akan memberi kesempatan hati mengkonjugasi bilirubin indirek yang berlebihan tersebut, sehingga apabila ASI diberikan kembali kenaikannya tidak akan banyak dan kemudian berangsur turun. Apabila kadar bilrubin tidak turun maka penghentian pemberian ASI dilanjutkan sampai 18-24 jam dengan mengukur kadar bilirubin setiap 6 jam. Apabila kadar bilirubin tetap meningkat setelah penghentian ASI selama 24 jam maka jelas penyebabnya bukan karena ASI dan ASI boleh diberikan kembali sambil mencari penyebab ikterus lainnya.
KOMPLIKASI
Jika bayi
kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan, maka akan terjadi penyakit
kern ikterus. Kern ikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai
akibat penimbunan tak terkonjugasi dalam sel-sel otak5. Kern ikterus
dapat menimbulkan kerusakan otak
dengan gejala gangguan pendengaran, keterbelakangan mental dan gangguan tingkah
laku
E.
PENGOBATAN
Pada bayi baru lahir dengan warna
kekuningan fisiologis, tidak berbahaya dan tidak diperlukan pengobatan khusus,
kondisi tersebut akan hilang dengan sendirinya. Prinsip pengobatan warna
kekuningan pada bayi baru lahir adalah menghilangkan penyebabnya.
Tujuan
utama penatalaksanaan ikterus neonatal adalah untuk mengendalikan agar kadar
bilirubin serum tidak mencapai nilai yang dapat menimbulkan
kernikterus/encefalopati biliaris, serta mengobati penyebab langsung ikterus
tersebut. Pengendalian bilirubin juga dapat dilakukan dengan mengusahakan agar
kunjugasi bilirubin dapat dilakukan dengan megusahakan mempercepat proses
konjugasi.
PENATALAKSANA
-
Pemberian ASI diteruskan
-
Bayi ditidurkan di dekat jendela untuk mendapatkan sinar matahari
Pertimbangkan terapi sinar pada:
* NCB (neonatus cukup bulan) – SMK (sesuai masa kehamilan) sehat : kadar bilirubin total > 12 mg/dL
* NKB (neonatus kurang bulan) sehat : kadar bilirubin total > 10 mg/dL
2. Pertimbangkan tranfusi tukar bila kadar bilirubin indirek > 20 mg/dL
3. Terapi sinar intensif
* Terapi sinar intensif dianggap berhasil, bila setelah ujian penyinaran kadar bilirubin minimal turun 1 mg/dL.
Pemeriksaan penunjang
1.Kadarbilirubin serum (total)
2. Darah tepi lengkap dan gambaran apusan darah tepi
3. Penentuan golongan darah dan Rh dari ibu dan bayi
4. Pemeriksaan kadar enzim G6PD
5. Pada ikterus yang lama, lakukan uji fungsi hati, uji fungsi tiroid, uji urin terhadap galaktosemia.
6. Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan pemeriksaan kultur darah, urin, IT rasio dan pemeriksaan C reaktif protein (CRP).
* NCB (neonatus cukup bulan) – SMK (sesuai masa kehamilan) sehat : kadar bilirubin total > 12 mg/dL
* NKB (neonatus kurang bulan) sehat : kadar bilirubin total > 10 mg/dL
2. Pertimbangkan tranfusi tukar bila kadar bilirubin indirek > 20 mg/dL
3. Terapi sinar intensif
* Terapi sinar intensif dianggap berhasil, bila setelah ujian penyinaran kadar bilirubin minimal turun 1 mg/dL.
Pemeriksaan penunjang
1.Kadarbilirubin serum (total)
2. Darah tepi lengkap dan gambaran apusan darah tepi
3. Penentuan golongan darah dan Rh dari ibu dan bayi
4. Pemeriksaan kadar enzim G6PD
5. Pada ikterus yang lama, lakukan uji fungsi hati, uji fungsi tiroid, uji urin terhadap galaktosemia.
6. Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan pemeriksaan kultur darah, urin, IT rasio dan pemeriksaan C reaktif protein (CRP).
DAFTAR PUSTAKA
1.
Cakmoki. Bayi kuning. Diunduh dari http://cakmoki-ikm.blogspot.com/2007/06/bayi-kuning.html. 2007
3.
American Academy of Pediatrics. Management of hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks
of gestation. 2004. Pediatrics, 114(1):297-316.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar